LOGO lingsar
Beranda > Budaya

Budaya

Posting oleh lingsarlobar - 2 Agu 2022 - Dilihat 89 kali

ARUG

Pada zaman penjajahan Belanda   kurang lebih pada tahun 1930 dahulu masyarakat pulau lombok banyak yang ketakuatan sehingga berlarian tidak tentu arah. Pada saat itu bertemulah di sebuah hutan belantara yang ada di desa langko 13 orang dari semua penjuru pulau lombok, disinilah ke 13 orang ini berembuk untuk mencari makan. Sepakat untuk melakukan perambahan hutan tempat mereka bercocok tanam, untuk lancarnya kegiatan ini dibuatlah seorang pimpinan / ketua kelompok. Ahirnya mereka berhasil membuat sawah tempat mereka bercocok tanam, setelah itu berpindahlah ke tempat lain, dan sebelum berangkat mereka membentuk sebuah barisan, hal ini karena masih besar pengaruh penjajahan dan barisan ini diberi nama baris arug. Arug berasal dari kata “ aru” yang berarti cepat, hal ini dikandung maksud supaya pulau lombok ini cepat aman, baris arug ini diberi nama baris arug arum manis.

Salah satu peninggalan sejarah tersebut terdapat sebuah Gong Tua yang sampai saat ini masih terjaga . Gong Merupakan salah satu bagian dari alat kesenian tradisional pada masa lalu, konon dalam cerita dan legenda apabila kesenian ini bertemu dengan kelompok kesenian yang lain pasti akan terjadi perkelahian dan pertumpahan darah, begitu juga dianggota sendiri, akan tetapi bila gong / alat musik ini berhenti di pukul (dibunyikan) secara otomatis kegaduhan pun akan berhenti saat itu juga. Dan  begitu berhenti dibunyikan atau dipukul seolah olah tidak pernah tejadi kegaduhan.

Karena seringnya terjadi kegaduhan akibat gong tersebut ahirnya masyarakatpun sepakat tidak menggunakan gong tersebut kembali dan sampai saat ini alat musik tersebut disimpan oleh pemangku adat yang ditokohkan di masyarakat di longserang timur.

Gong ini juga sering digunakan sebagai alat untuk mencari anak yang hilang  (anak yang disembunyikan oleh jin dan mahluk halus lainya) waktu itu.

Sedangkan alat –alat yang digunakan pada baris tersebut merupakan gambaran alat yang digunakan saat perambahan antara lain parang, cangkul, begitu juga topi sebagai alat pelindung bekerja . Sedangkan topeng menggambarkan wajah seseorang yang berbeda – beda asalnya dan juga gambaran raut wajah saat bekerja antara lain ada yang tertawa, sedih, bahkan bersenang – senang sambil bersiul, sedangkan jidur, tar, dan seruling sebagai alat untuk memanggil anggota 13 untuk berkumpul.